Featured Posts

Cash-Out Refinance For many, their homes are just not dwellings that protect them against rain, sun, and wind. But they are piggy banks, which can be used to raise some urgent money, even if the home still lays collateral...

Read more

Palm’s latest model, new handheld in a long time. Palm’s latest model, the TX, is its most ambitious new handheld in a long time. This isn’t because it’s full of cutting-edge features. It certainly is not. However, very few mid-range models have...

Read more

An image in a post Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in quam. Etiam...

Read more

Home Purchase Loan We all dream to own a home, at some point in our lives. In fact, this is a major driving force or one of the goals we have ahead while working day and night and saving a good share of the earnings every...

Read more

Rabu, 22 September 2010

Kita Semua Menunggu Hari Terakhir Hidup Kita....

Demikianlah kalimat yang pernah diucapkan oleh As-Syahid Abdul Azis Rantisi, murid As-Syahid Syekh Ahmad Yasin dan penerus kepemimpinan Hamas Sepeninggal beliau. "Tidak ada yang berbeda mati sakit jantung atau ditembak apache. Dan saya memilih mati dengan Apache..."

Sehari sebelum syahid dihantam rudal zionis Israel, beliau mengambil tabungannya selama mengajar di Universitas Islam Gaza, dan melunasi semua hutangnya termasuk memberi bantuan untuk pernikahahan sang anak. Kemudian beliau berkata, "kalaulah saat ini aku bertemu dengan Tuhanku, aku dalam keadaan bersih, saya tidak memiliki apa - apa dan tanggungan apa - apa.

Setiap manusia pasti mati. Setiap yang bernyawa pasti mati. Tapi bisakah kita menyiapkan kematian dengan cara yang indah seperti As-Syahid Rantisi...? Bertahun - tahun berjuang membela tanah airnya, Palestina dari penjajah Israel dan selalu memohon mati syahid di jalan-Nya. Dan Allah telah mengabulkan doanya, memilihnya mati dengan Apache

Tiga hari yang lalu, ketika sedang menjalani terapi herba detoksinisasi, selain mengalami efek kejut dan reaksi fisik seperti badan gemetar, pusing, perut mual dan selalu buanga air, terapi tersebut juga memberi efek "psikis-spiritual". Tiba - tiba saya merasa yakin, bahwa saya akan mati. Mati hari ini juga, detik ini. Dalam bayangan saya, malaikat Izroil tinggal mencabut nyawa saya. Tiba - tiba badan saya bergetar hebat dan tubuh saya berkeringat dingin dan menggigil. Ya Allah...sampai disinikah riwayatku...?

Dalam menit yang sama terpikir begitu banyak sekali urusan saya yang belum selesai. Belum bertobat atas segala dosa, hutang - hutang yang belum terlunasi, amal yang masih sangat sedikit dan belum tentu diterima disisi Allah, dan belum mewujudkan mimpi - mimpi yang dapat menjadi amal jariyah, menulis buku, mendirikan sekolah gratis, dan sederetan agenda yang masih menguap dalam angan. Ya Allah, aku belum sanggup menghadap-Mu. Masih sangat banyak yang belum selesai. Masih sedikit amal yang akan aku bawa untuk bertanggung jawab di hadapanMu. Dan tak sanggup aku menerima murka dan azab-Mu. Duhai Allah, berilah aku waktu. Air mata tak terasa menetes deras.

Sekitar 20-an menit saya mengalami itu. Istigfar, dan membaca doa agar diberi waktu terus meluncur dari bibir. Saya belum siap mati. Belum dan sangat belum. Malam itu saya tidak bisa tidur. Saya takut mati dan saya selalu menggerakan kaki saya, sebagai media untuk meyakinkan diri sendiri bahwa saya masih hidup. Ya Allah...Allah...Allah..

Ternyata saya belum siap menyambut kematian. Menerimanya ketika ia datang. Padahal ia ibarat pintu masuk rumah kita. Kapanpun bisa datang, suka tidak suka. Dan yang paling pasti adalah kematian. Menikah, tidak semua orang bertemu jodohnya di dunia. Memiliki anak, tidak semua pasangan bisa melahirkan anak. Rezeki, jabatan, pangkat, harta, semua orang bisa mendapatkan namun bisa juga tidak. Namun kematian, kita semua pasti mati. Pasti.

Siapkah kita menungggu hari terakhir hidup kita. Detik terakhir dan tarikan napas yang terakhir. Dan yakinkah kita, seyakin As-Syahid Rantisi yang selalu merindukan syahid selama hidupnya. Yakin telah siap dan bersih (suci) bertemu dengan Allah. Yakin semua urusan di dunia telah selesai. Urusan dengan manusia, segala macam konflik dan permusuhan dengan manusia, hutang - hutang kita, dan tentu saja segala macam dosa yang sering kita lakukan....dan kita belum sempat bertobat...

Dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam...
Siap...?
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

0 komentar:

Posting Komentar